
"Kita putus"
Itulah kata pertama yang terucap dari mulutku saat aku mendapati adinda, seorang perempuan yang kusayangi selama dua tahun sedang bercumbu mesra di kamar tidur apartemen yang kami beli bersama untuk kami tempati.
Segera aku mengemasi barang-barang penting yang kira-kira perlu aku bawa dan kuperlukan. Paspor, buku tabungan, dan semua surat-surat berharga atas namaku tak lupa kumasukkan ke dalam ransel kerjaku
"Randi...tunggu ndi...kamu gak bisa tinggalin aku, Ini gak seperti yang kamu kira dan kamu lihat" Bujuk Adinda setelah melepas kepergian pacarnya.
Aku terdiam, tidak menggubrisnya. Aku tetap sibuk mengumpulkan barang-barang yang kuperlukan selama mencari tempat tinggal baru.
"Randi....dengerin aku dulu randi.....aku ingin memberi penjelasan" Adinda menarik ujung bawah kausku menahanku untuk pergi.
Aku terdiam, terpaku menatap kosong. Pikiranku kalut, baru kali ini aku dikhianati seorang perempuan. Dan perempuan ini adalah kekasihku sendiri. Perempuan yang rencananya akan kulamar 9 bulan lagi untuk menjadi istri sah buat kehidupanku. Dan tidak tanggung-tanggung, pengkhianatannya membuat aku menjadi jijik memandangnya.
"Randi....maafin aku,....jangan tinggalin aku randi....Kita masih bisa menikah kan?" Bujuknya lagi, sambil menangkupkan kedua belah tangannya pada pipiku, dan mengarahkan wajahku ke wajahnya. Kesadaranku datang, kulihat adinda hendak mencium bibirku. Aku menegang dan menahan tubuhnya untuk tidak mendekat.
"Kenapa ndi?.....kamu tidak mau memaafkan aku?"
"Kenapa?.....Bukan mestinya aku yang bertanya begitu padamu.....kenapa kau bawa orang itu kesini dan kalian bercumbu di sini.....di tempat aku tidur, makan, dan mandi di sini!.....Apa masih pantas kamu bertanya kenapa aku tidak memaafkanmu?"
"Setidaknya dengarkan dulu penjelasanku Randi.......aku minta maaf"
"Penjelasan apa?....semuanya terlihat jelas dengan mata kepalaku sendiri....kamu sedang......aku tak bisa....aku tak bisa menerimanya.......kamu jelas mengkhianati aku"
"Aku khilaf ndi....aku terhanyut.....kamu sudah sebulan keluar kota....aku tak ada teman bicara"
"tapi tidak dengan dia!!!.....kamu bisa menghubungiku.....kalau kamu memang butuh teman bicara......ponselku selalu aktif....tapi kamu tak pernah sekalipun menghubungiku........"
"Kamu udah tidur berapa lama sama dia?" Tanyaku kesal.
Adinda tak menjawab dia hanya menangis tersedu-sedu, dan menggeleng.
"Jawab!!!....baru kali ini?.....seminggu?....sebulan???.......setahun????.....atau selama kau pacaran denganku.....kau juga tidur dengannya???!!!.....Jawab aku!!!" Kemarahanku memuncak, kuguncang-guncang bahu Dinda, namun dia tetap diam dan menangis. Akhirnya aku melepasnya, aku tak ingin memperpanjang masalah ini. Keputusanku sudah bulat aku harus pergi.
****
"Gila...!!!....Lo putus ama Adinda??.....kenapa man?" tanya Anto sahabatku sejak es em pe, ketika aku datang ke rumahnya dengan membawa sejumlah barang-barang milikku dari apartemen yang kutinggalkan.
Aku memutuskan untuk pindah ke rumah Anto demi menenangkan diriku. Kebetulan di rumah Anto ada paviliun yang memang kosong dan sesekali di sewakan. Setelah berbasa-basi sedikit dengan Kemala istrinya, aku pun mulai membereskan paviliun yang akan kutempati selama aku menenangkan diri.
"Adinda dah gak mencintai gw lagi,.....itu aja intinya" Jawabku
"Lo yakin bukan di elu masalahnya??....siapa tau dia bikin ulah karena cari perhatian elu" Anto mencoba menjadi tokoh netral untuk masalahku dan Adinda.
"Gak to....gw juga gak tau kapan ini berawal. Yang pasti hubungan gw dan Adinda udah selesai..."
"Lo gak mau cerita kenapa?.....ya gak sama gw....mungkin sama Kemala....gimanapun dia kan kakak sepupu lo" Anto membujuk aku lagi.
"Mungkin nanti gw akan cerita. yang pasti untuk beberapa hari....gue perlu ketenangan" jawabku pasti.
"Oke...man....gw gak bisa maksa elu klo emank lo gak mau cerita sekarang" Anto mengangkat tangannya pasrah dan meninggalkan aku dengan kesibukanku merapikan barang.
***
"Randi.....dari mana lo?" tanya Anto, ketika melihat ku pulang.
"Abis ketemu Adinda, kenapa?"
"Eh,....gimana jadinya?......baikan?" Anto masih penasaran dengan kelanjutan hubunganku dengan Adinda.
"heeh"....aku mendengus dan tersenyum sinis.
"kok gitu jawabnya?"
"It's over pal....Sejak kemarin dulu....gw dah tutup buku sama Adinda......."
"Kenapa?......lo gak cinta lagi sama dia?.....atau ada orang ketiga?.....Randi...cerita donk....gw kan sohib lo......"
"Oke....gw akan cerita.......Gini.....tadi gw ketemu Adinda untuk meluruskan semua masalah....dan kami pun sepakat untuk gak melanjutkan hubungan apapun. Baik pertemanan......apalagi hubungan cinta.....semua udah selesai. Harta yang kita beli sama-sama kita bagi sama-sama.....Apartemen jadi milik dia....Mobil milik gw.....yaaaa...pokoknya..... tadi ada pembagian harta gono-gini lah...." Jawabku singkat
"Wuidiiih....dah kayak artis aja...ada harta gono-gini.....trus.....orangtua lo dah tau kalian putus?...."
"Belom......untungnya niatan gw dan Adinda menikah baru sampe rencana kita berdua...belom ke orang tua" Jawabku santai. Tapi aku tau Anto pasti masih belum puas kalau belum tahu duduk persoalan yang sebenarnya.
"Jadi....bener-bener gak ada kesempatan buat rujuk lagi??..." tanya Anto
"Buat apa rujuk??...bagus ketauan dari sekarang"
"Ketauan apa maksud lo?.....Adinda punya pacar lagi yah?.....ada orang ketiga diantara kalian?....sejak kapan?" Anto masih mencecarku dengan pertanyaan.
"Tadi sih,...dinda cerita kalo orang ini dah ngejar-ngejar dia sejak mereka jadi teman sejawat di kantor. Sifatnya agresif....bahkan orang-orang kagum dengan enerjik dan kreatifitasnya......dan akhirnya Adinda pun tertarik karena orangnya juga simpatik......apalagi mereka bisa mendapatkan pembicaraan yang sama-sama mereka sukai.....mereka pun akrab. Tapi baru menjurus serius sejak 5 bulan kebelakang, waktu gw dapet promosi jabatan dan harus sering keliling ngeliat perkembangan"
"Jadi dia kesepian??"
"yaaa...gitu sih tadi alasannya.....tau bener tau nggak" aku menjawab dengan mimik datar.
"Lo tau siapa orangnya?"
"Tau....makanya gw pindah ke tempat elo....karena gw mergokin dinda lagi di ranjang, peluk-pelukan....cium-ciuman....di tempat kita biasa tidur"
"APA!!!.....jadi orang itu dah di bawa pulang ke apartemen?.....dan lo gak marah??....lo gak hajar cowok itu???....."
"Gw marah...to. Tapi gw gak bisa apa-apa.....gimana pun dia adalah orang yang sekarang lebih di sayang oleh dinda"
"Gak bisa begitu donk..!!...Lo kenapa baru cerita sekarang?!......padahal klo cerita dari kemarin....kita bisa balik hajar tuh cowok"
"Anto.....gw gak mau hajar dia bukan karena alasan yang pertama aja. Salah satunya karena dia bukan cowok"
"Jadi???!!!"
"dia CEWEK.." Jawab ku lantang
"HAH!!!"
-The End-

